Pergi Merantau Ke Bali Untuk Mencari Peruntungan

Pergi Merantau Ke Bali Untuk Mencari Peruntungan

Masa-masa fresh graduate adalah masa yang cukup menyebalkan, karena mendapatkan pekerjaan tidak semudah membalikkan telapak tangan itu ternyata bukan hoax. Betapa susahnya mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginan di zaman yang serba digital ini. saat itu tahun 2008 dan aku belum menemukan pekerjaan yang tepat.

Lulus dari salah satu Universitas negeri di Bandung dengan jurusan perpajakan tidak lantas membuatku mudah mendapat posisi pekerjaan yang kuinginkan. Aku mempunyai sahabat pena yang usianya beberapa tahun di atasku, yang berdomisili di Bali. Namanya Kak Julia, saat itu kami belum pernah bertemu tetapi sudah sering mengobrol di telepon, SMS, atau by chat YM.

Ibu dan adikku liburan ke Bali di awal tahun 2008, dan Ibuku lebih dulu bertemu dengan sahabat penaku tersebut. terjadilah percakapan antara keduanya, antara ibuku yang curhat bahwa anak perempuannya yang baru lulus kuliah belum mendapat pekerjaan. Sedangkan Kak Julia menawariku untuk ikut merantau di Bali dan mencari pekerjaan di sana.

Kebetulan ia juga perantau asal Malang yang sudah tinggal di Bali sejak duduk di bangku SMA. Banyak pertimbangan yang kupikirkan untuk benar-benar merantau ke sana, Kak Julia tidak menjanjikan apa-apa tetapi ia meyakinkan untuk membantuku selama aku tinggal di Bali. Akhirnya atas keputusan orang tua, aku dan keluargaku pun, aku memutuskan untuk merantau ke sana.

Walaupun pasti tidak mudah, bekerja di tempat yang beda kota mungkin bisa. Tetapi jika hitungannya sudah luar pulau, aku pun tidak terlalu yakin berada di sana. Bali is amaze me, banyak hal yang kusukai di sana. Sebelum aku mulai merantau aku dan keluarga sempat berliburan selama beberapa hari di sana. Kemudian keluargaku kembali pulang ke Bandung dan aku tinggal di sana.

Sebenarnya aku tak terbiasa hidup atau tinggal jauh dari orang tua, dan masa-masa di awal aku merantau itu ternyata sangat sulit. Walaupun sejauh ini aku bisa beradaptasi dengan baik di sana, untungnya Kak Julia juga banyak membantuku. Aku juga tidak serta merta langsung mendapat pekerjaan, di kota manapun mencari pekerjaan tetap saja sulit apalagi untuk fresh graduate.

Baru di bulan kedua aku mendapat pekerjaan sebagai seorang auditor di perusahaan konsultan pajak yang baru dibuka. Sebagai lulusan pajak yang tidak terlalu pintar, mengikuti fluktuasi pekerjaan di sana juga tidak mudah. Tetapi sejauh ini semuanya bisa dilakukan dengan mudah, dan banyak sekali yang kupelajari di sana.

Belajar mengenal orang-orang lokal atau orang asli Bali, belajar memahami budaya dan kebiasaan masyarakat Bali yang masih menyatukan agama dan kebudayaan dengan cara yang baik, belajar memahami situasi dalam menghadapi orang-orang kurang sreg di hati, belajar menahan rindu pada orang tua dan keluarga di Bandung, but lucky me aku selalu dipertemukan dengan orang-orang baik.

Aku mendapat teman-teman yang baik dan yang selalu membantu saat aku kesusahan selama tinggal di sana. Maklum lah namanya juga perantau, tak tahu jalan dan tak punya kendaraan adalah hal yang cukup menyulitkan. Karena di Bali jarang ada angkutan umum, kalau pun ada tidak beroperasi di setiap rute seperti di Bandung. Kebanyakan orang Bali menggunakan motor.

Di tahun 2009 itu memang belum ada ojek online seperti sekarang, kalau sudah ada mungkin aku tidak akan merepotkan teman setiap akan bepergian. Aku betah dan merasa nyaman berada di Bali, tetapi sayangnya tempat kerjaku yang membuat tidak nyaman. Atasanku adalah tipe orang yang sangat menyebalkan, main suruh tanpa berusaha membuat bawahannya mengerti.

Sehingga aku pun memutuskan untuk resign di beberapa bulan bekerja, dan sempat merasa sakit hati dengan perlakukan atasanku yang kurang baik. Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke Bandung sebentar, untuk kemudian kembali lagi ke Bali dan mencari pekerjaan baru lagi. Tapi setelah pulang ke Bandung, ternyata aku mendapat pekerjaan di Bandung yang membuatku tidak kembali ke bali.

Bali tetap memberi kesan yang sangat baik, orang-orangnya yang ramah, wangi dupa yang selalu menyertai di setiap pagi, ratusan canang yang disimpan di berbagai sudut tempat setiap pagi, dan pantainya yang indah selalu melekat dan menjelma menjadi kenangan.