Begini Rasanya Masuk Ke Perguruan Tinggi Jurusan Akuntansi

Hari kelulusan tiba dan alhamdulilah aku lulus dengan nilai yang lumayan, gak jelek-jelek amat tapi juga gak bagus-bagus amat. Pokoknya alhamdulilah, aku pun mulai mencari beberapa universitas yang cocok dengan diriku. Tahukah kamu bahwa lulus sekolah itu ternyata membingungkan, kenapa? Karena memilih jurusan yang tepat dan sesuai dengan keinginan itu tidak mudah.

Ada jurusan yang sesuai dengan passion, tetapi letaknya sangat jauh dari rumah. Atau yang tidak terlalu jauh dari rumah tetapi jurusannya tidak terlalu nyaman buatku. Aku memilih beberapa universitas ternama di Bandung seperti Unpad, Unpas dan Unisba.

Unisba menjadi pilihan pertamaku, karena walaupun kampusnya tidak seterkenal unpad tapi aku sudah bermimpi sejak lama ingin berkuliah di sana. Jangan tanya kenapa karena aku juga tidak tahu apa alasannya, yang pasti kampus tersebut banyak menyedot perhatianku. Di unisba aku mengambil jurusan psikologi, karena sejak duduk di SMP aku sudah sangat ingin menjadi seorang psikolog.

Dibanding universitas lainnya, Unisba menjadi universitas pertama dalam hal waktu tesnya. Aku menjalani tes psikotes dari pagi hingga habis waktu makan siang, entah kenapa saat itu aku tidak fokus mengerjakannya apalagi dari pagi belum sempat sarapan. Sehingga sampai waktunya habis tes yang kukerjakan tidak selesai sampai akhir.

Pengumuman tes tersebut dibuka di salah satu koran harian di Bandung, dan betap menyakitkannya ketika ternyata tak ada namaku tercantum di sana. Padahal aku sudah memimpikan sejak lama ingin berkuliah di sana. Rasanya juga memalukan, padahal baru 1 universitas yang menolakku tapi aku sudah merasa ratusan universitas menolakku.

Tes berikutnya dilakukan di Unpas atau Universitas Pasundan, mengapa memilih universitas tersebut karena Mama, Paman dan beberapa saudaraku merupakan almamater universitas tersebut. sehingga aku pun mencoba peruntungan di sana. Mengapa tidak memilih Upi atau ITB, entahlah rasanya otakku tidak cukup pintar untuk mendaftar di sana.

Setelah memilih-milih cukup lama, aku pun memilih jurusan musik dan Fikom. Pasti banyak yang bertanya mengapa aku mau memilih jurusan musik. Karena aku memiliki (sedikit) passion di bidang musik, secara ayahku mantan pemusik yang kurang terkenal (silahkan tertawa). Aku juga pernah mengikuti kursus keyboard sewaktu SMA. Pengetahuan musikku cukup lah walaupun belum jago.

Ayahku bilang aku bisa menjadi guru musik atau apapun yang berhubungan dengan musik. Tetapi karena masyarakat kita sudah terlanjur terpukau dengan bidang pekerjaan seperti PNS, Bank, BUMN, dan sederet pekerjaan keren lainnya maka mereka menganggap bahwa jurusan yang kupilih tidak keren dan tidak ke mana-mana.

Padahal if you wanna know, saat aku mengikuti tes musik aku bertemu dengan beberapa teman yang jago di bidangnya. Dari mulai penyanyi rocker perempuan, pemain piano yang memang jago, pemain gitar dan penyanyi lainnya aku tercengang dengan kemampuan dan pengetahuan musik mereka. Sayang banyak orang yang memandang remeh jurusan tersebut.

Lucky me ternyata aku diterima di Unpas jurusan musik tersebut, ayahku terlihat bangga dan bersyukur. Tetapi saat itu aku juga diterima di jurusan perpajakan Unpad, dan setelah dipikir-pikir, dipertimbangkan lagi dengan keluarga khususnya ayah dan ibuku akhirnya aku memilih Unpad. Karena menurut orang tuaku, jurusannya lebih meyakinkan.
Padahal saat itu aku sama sekali tidak keberatan dengan jurusan musik, tak peduli orang berpikir apa tentang jurusanku tersebut. mungkin tak harus menjadi pemain piano, atau pemain keyboard sungguhan, atau penyanyi instan seperti indonesian idol. Tetapi aku bisa bekerja di bidang musik, di belakang layar misalnya.

Tetapi keputusanku untuk memilih Unpad dan jurusan perpajakan juga tidak buruk, karena aku menemukan banyak teman yang asyik dan seru. Walaupun mata kuliahnya tidak terlalu menjadi pilihan, tetapi sejauh ini aku bisa mengikuti mata kuliah dengan baik. Aku bukan termasuk mahasiswi yang pintar, yang sama dengan kebanyakan mahasiswi lain di kelasku.

Tapi dengan jumlah IPK yang pas-pasan aku bisa lulus dengan nilai yang cukup bagus, dan walaupun jurusan tersebut tidak sesuai passion tetapi aku memiliki pengetahuan lainnya di bidang pajak dan akuntansi secara khusus.